Senin, 04 Juni 2012

surat cinta terakhir (mungkin) !

Dear Kaito Kid

ini sudah 29 hari sejak kau menjauh tanpa sebab apapun. hampir satu bulan ! sudah empat kali aku minta untuk bicara. tapi sepertinya tidak ada etiket baik darimu. seakan-akan semuanya sudah jelas tanpa kita perlu untuk bicara lagi. aku bisa saja menganggap semuanya sudah berakhir. tapi aku tidak bisa membohongi diri, aku masih berharap. dengan semua hal yang sudah kita alami bersama, aku pikir aku sudah cukup mengerti dirimu, karena itu aku masih berharap. tapi entah itu karena aku yang sudah betul-betul mengerti dirimu atau aku yang sudah bisa mulai menerima kenyataan.

aku sempat bertanya dengan temanmu, mengejutkannya karena justru temanmu yang menyuruhku menjauh dari mu. teman mu berkata, setiap kali di singgung atau di tanya tentang aku, kau tidak pernah mengakuiku. kau tidak pernah mengganggapku, kau bahkan pernah berkata kepada mereka bahwa aku bukan siapa-siapa mu. saat mendengar langsung hal ini dari temanmu, rasanya perih ! sakit ! sesak ! aku yang selalu membanggakan mu di depan teman-temanku, ternyata tidak dianggap olehmu. tapi setelah ku pikir dan ku ingat kembali, kau memang tidak pernah mengganggapku di depan umum. kau memang tidak pernah mengakui ku di depan umum. karena sebenarnya aku memang bukan siapa-siapamu.

beberapa teman yang menjadi tempat curhatan ku, menanyakan sikap mu yang mengulur-ulur waktu untuk bicara. mereka juga terkesan menyuruh ku untuk mendesakmu agar segera bicara. tapi yang ku mengerti darimu, kau adalah orang yang total, kau adalah orang yang jika sedang mengerjakan sesuatu akan fokus pada satu pekerjaan itu dan tidak mau di ganggu. jadi aku memang tidak pernah memaksamu untuk bicara. karena memang pada saat itu kau sedang sibuk mengurus suatu acara. kau berjanji akan bicara setelah minggu final berakhir.

teman-teman ku juga sempat mempertanyakan tentang sikap mu yang tanpa sebab ingin menjauh. aku hanya teringat kata-katamu tentang ujian-ujian yang akan kau berikan padaku. juga kata-katamu tentang perlakuan mu yang berbeda kepadaku karena kau menyayangiku, dan juga kata-kata mu tentang alasan seorang cowok yang ingin menjauh itu karena ada nilai-nilai yang cowok ingin agar si cewek menyadarinya. kalau mengingat dari kata-kata mu dulu, aku bisa mengerti jika kau menjauh tanpa alasan, karena ada satu hal yang kau ingin aku sadari, atau karena kau sedang melaksanakan ujian mu padaku, untuk menguji diriku apakah aku setia atau tidak saat kau tidak ada di sekitarku.

saat aku bercerita kepada teman-temanku, semua orang yang ku tempati cerita terheran-heran dengan sikapmu. mereka semua tidak mengerti apa maumu sebenarnya. mereka semua mengeluh tentang dirimu yang terlalu tertutup dan tidak pernah bercerita apapun. hal itu pun aku mengerti, kau memang tertutup. kau hanya menceritakan masalahmu pada orang-orang yang kau anggap bisa di percaya. 'adek-adek angkat' mu contohnya. bahkan denganku, kau tidak menceritakan segalanya. dan ini semua hanya membuatku harus pintar menebak.

yang membuatku terus berharap adalah kau yang pernah mengatakan bahwa kau tidak akan mempermainkanku, entah kata-kata itu masih bisa ku percaya atau tidak.

tapi sekali lagi, semua alasan-alasan yang kupaparkan di atas, entah karena aku memang sudah mengerti dirimu, atau itu semua hanya bahasa-bahasa pembenaran agar aku tidak mematikan harapan-harapanku sendiri.

bahagiamu adalah bahagiaku, itu sebabnya aku mengkhawatirkanmu setiap saat. akhir-akhir ini aku cuek, tidak mempedulikanmu, tidak lagi bertanya tentang kabarmu, bukan karena aku membalas kecuekanmu, tapi lebih karena sikap penolakan darimu atas segala macam bentuk perhatianku. aku bisa berhari-hari tidak bercerita tentangmu, berbulan-bulan tanpa melihatmu, tapi percayalah tidak ada satu detikpun yang ku lewati tanpa memikirkanmu. 

perasaan paling salah yang kurasakan adalah ketika kau membuatku merasa menjadi orang yang spesial buatmu, tapi tiba-tiba kau pergi, dan aku harus bertingkah seperti orang yang tidak peduli sama sekali. aku masih punya rasa denganmu, dan tidak peduli berapa banyak kali aku tegaskan pada diriku sendiri kalau aku lebih baik jika tanpamu, tetap saja sebagian diriku tidak mau membiarkan rasa itu pergi.

kadang aku juga bertanya-tanya, apakah kau tidak pernah sekali pun rindu dengan kebersamaan kita dulu, atau tidak pernah kah terlintas di benakmu rasanya kalau aku benar-benar pergi darimu, atau apakah kenangan-kenangan kita masa dulu tidak berarti apapun buatmu ?

sincerely

Hinata

1 komentar: